Saat itu, penghasilan bersih suaminya hanya Rp1 juta setelah dipotong cicilan utang dan biaya anak-anaknya. Untuk bangkit, Lisa memutuskan melamar kerja di PT Putra Bajubang sebagai sopir truk batubara. Namun, karena armada belum tersedia, ia hanya diberi tugas melangsir solar.
Tak patah semangat, di SPBU ia bertemu teman lamanya dari SMK yang bekerja di perusahaan tambang daerah Mandiangin. Lisa langsung meminta izin belajar menjadi sopir batubara tanpa bayaran. Dengan tekad kuat, ia meminta izin suaminya dan berangkat ke Mandiangin.
Sore itu juga, Lisa diberikan kunci truk dan langsung diberi tugas melangsir batubara dari Mandiangin ke Jebak. “Malam itu saya langsung terkejut karena diberi muatan 11 ton. Tapi saya yakin, kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak? Sempat ditawari untuk dikawal, tapi saya menolak. Saya ingin belajar sendiri dan merasakan kebebasan,” tuturnya.
Kini, Lisa terus berjuang menjalani profesinya sebagai sopir truk batubara demi menghidupi keluarganya. Meski jalan hidupnya penuh tantangan, ia tetap melangkah dengan semangat dan keyakinan bahwa ia mampu mengatasisemua rintangan. (*)