Jambi, netinfo.id – Pasar Angso Duo Jambi lagi-lagi jadi sorotan. Bukan karena harga cabai yang melambung atau telur yang murah meriah, tapi karena satu hal yang bikin pedagang deg-degan: premanisme.
Dalam setahun terakhir, cerita horor dari pasar terbesar di Jambi ini gak ada habisnya. Ada pedagang ditikam pas setor uang Rp31 juta, ada pula perkelahian pedagang mpek-mpek dengan preman yang malah berujung maut.
Belum lagi kasus teranyar: dua orang kena tikaman saat melawan aksi perampokan subuh-subuh.
“Kalau subuh itu, ya ampun… modal dagang sering jadi incaran. Cabai lagi naik harga aja bisa hilang,” kata seorang pedagang daging sambil geleng-geleng.
Lucunya, pedagang sebenarnya tau siapa saja pemain lama di pasar itu. Tapi, karena mereka tinggal gak jauh dari pasar, semua memilih bungkam. Tau tapi pura-pura tak tau.
Ruli (nama samaran), penjual bumbu, mengaku tokonya sudah berulang kali dibobol. “Pokoknya kalau dihitung, pintu toko sudah lebih sering diganti gembok daripada ganti cat,”ujarnya sambil ketawa getir.
Yang bikin pedagang makin waswas, para pelaku ini disebut-sebut sering nekat karena diduga terjerat sabu. Jadi, bawa senjata tajam sambil teler itu sudah kayak menu sehari-hari.
Mendengar keresahan pedagang, Kepala Pasar Angso Duo, Purnomo Sidi, angkat bicara. Ia mengaku memang ada akses “pintu belakang” berupa jembatan yang bikin pengamanan pasar sulit.
“Kita sih berharap pemerintah ikut turun tangan. Kalau bisa, akses itu ditutup, biar gak seenaknya orang keluar masuk,” katanya.