NETINFO.ID, MUARASABAK – Pada 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional untuk menghargai jasa para guru, yang sering dijuluki sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
Sosok guru, memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan bimbingan dan pengajaran demi kemajuan suatu bangsa. Tak tanggung -tanggung seorang guru mampu menciptakan seorang Pemimpin besar atau orang nomor satu yang ada Indonesia seperti Presiden dan yang lainnya.
Ini tidak terlepas dari perjuangan dan dedikasi seorang guru. Salah satu guru yang memberikan pengabdian yang luar biasa adalah Agus Hadi. Seorang tenaga pengajar di daerah ujung Timur Kabupaten Tanjab Timur, Provinsi Jambi.
Agus Hadi sempat mengabdi pada SMP N 6 Tanjab Timur, tepatnya di Desa Sungai Lokan, Kecamatan Sadu sejak 2009 – 2018.
“Selama ini saya tidak pernah bermimpi untuk mengajar didaerah terpencil yang lokasinya sangat jauh dari ibu kota Kabupaten Tanjab Timur,” jelas Hadi kepada netinfo.id beberapa waktu silam.
Perjuangan Hadi dalam melakoni sebagai seorang guru tentunya tidak semulus seperti apa yang ada dalam benak pembaca. Tentunya ia harus melewati perjuangan yang cukup berat.
Pasalnya untuk sampai ke lokasi ia mengajar perlu menyeberangi laut selama 40 menit. Meski nyawa menjadi taruhan, Hadi tetap mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa.
Dirinya menjelaskan, awal mula ia bertugas di Sadu, bahwa setelah lulus CPNS, dirinya ditugaskan pada 2009 silam, untuk menjadi guru di SMP N 6 Tanjab Timur.
Dan Sadu ini, merupakan Wilayah paling timur yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan memerlukan waktu sehari untuk sampai kesana jika dari Jambi.
“Jadi waktu itu transfortasi belum bisa melalui sabak, karena belum ada jembatan, tentunya kami harus lewat Suwak Kandis, dan sambung speedboat menju nipah dan baru nyebrang menggunakan pompong ke Sadu,” ujarnya.
Lanjutnya, memang disana daerah terpencil, tapi kalau untuk semangat kerja dan motivasi guru-gurunya insyaallah tidak tertinggal dengan Guru yang ada di Kabupaten.
Terbukti bahwa Hadi, pernah ikut uji kompetensi dan lolos pasing great di atas rata-rata, dan dalam mata Pelajaran IPA, ia termasuk 3 terbaik dan 3 nilai tertinggi untuk Kabupaten Tanjab Timur.
“Dan alhamdulillah, pada masa Menteri Pendidikan Anis Baswedan, saya terpilih sebagai instruktur nasional untuk mata Pelajaran IPA,” ucapnya.
Menurut Hadi, suka duka yang ia rasakan saat mengajar di Wilayah terpencil seperti Sadu, terkait dengan Pendidikan, bahwa selain dari lokasi yang jauh, juga terkendala dengan sinyal.
“Sehingga, ketika mendapatkan infomasi secara online kita sering terlambat, dan jika ada informasi mendadak seperti pertemuan tentu kita tidak bisa hadir,” ucapnya.
Namun, jika berbicara masalah kultur Masyarakat disana, meski Sadu merupakan daerah terpencil tapi, rasa hormat Masyarakat disana terhadap guru sangatlah tinggi.
“Mereka sangat menghormati keberadan guru, tegur sapa dan ramah, itu yang saya rasakan selama disana, tentunya suasan hangat seperti itu sangat saya rindukan,” ucap Hadi.
Dengan kinerja dan dedikasi yang tinggi, akhirnya Hadi pun pindah tugas yang sebelumnya di Sadu dan sempat bertugas di Nipah Panjang selama 4 tahun dan kini ia menjadi Kepala Sekolah di SMP N Satap 1 Desa alang-alang Tanjabtimur.
Ia mengaku bahwa dengan prestasi yang diperoleh saat ini, tentu dirinya merasa bersyukur, karena pekerjaan yang saat ini ia jalani, barang kali merupakan impian dari ratusan atau ribuan orang lain.
“Maka, tetika allah memberikan kesempatan ini, tentu saya sangat bersyukur, dan saya selalu berusaha semaksimal mungkin membagi apa yang saya tahu kepada murid-murid sewaktu masih menjadi guru,” ucapnya.
“Walapun kita mengajar didaerah terpencil dan mungkin orang memandang kita sebelah mata, tapi itu tidak menghalangi atau tertinggal dalam meraih Prestasi,” pungkasnya.(Ans)