Pemerintah Desa tak tinggal diam. Sebuah perahu motor telah disiapkan sebagai alternatif penyeberangan saat perbaikan berlangsung. Namun pagi itu, guru yang terekam dalam video tampaknya tak sempat menunggu.
“Mungkin karena terburu-buru menuju sekolah, beliau memilih tetap melintasi rangka kawat,” kata Kepala Sekolah tempat guru itu mengajar.
Tak ada larangan mutlak melintasi jembatan lama, namun keselamatan menjadi prioritas. Pemdes pun melibatkan Babinsa untuk mengawal proses perbaikan dan memastikan warga mendapat akses yang layak.
“Kami imbau warga untuk mengutamakan keselamatan. Jembatan baru tersedia, perahu motor juga disiagakan. Jangan ambil risiko,” tegas Kepala Desa.
Video ini, meski menggugah, hanya potongan dari kisah nyata yang lebih luas: tentang keterbatasan desa, tentang komitmen seorang guru, dan tentang upaya pemerintah yang berjalan di tengah tantangan anggaran dan medan.
Kita tak hanya melihat jembatan, tapi juga semangat. Semangat guru yang tetap melangkah meski harus meniti kawat. Semangat warga yang gotong royong memperbaiki akses desa.
Dan semangat pemerintah daerah yang telah membuka jalur baru demi masa depan yang lebih aman.
Maka, viral ini bukan sekadar sensasi. Ini adalah panggilan untuk melihat lebih dalam, memahami lebih luas, dan bergerak bersama bukan saling menyalahkan, tapi saling menguatkan.(*)