Jambi, netinfo.id – Dalam riuhnya kehidupan kota, ada sosok-sosok yang bekerja dalam senyap, menjaga ketertiban dan ketenangan, mereka bukan sekedar penegak hukum, tetapi juga pelayan dan pengayom masyarakat.
Diantara mereka, Sosok Kompol Karman menonjol sebagai cerminan nyata dari makna sejati pengabdian : bahwa kekuasaan bukan untuk ditakuti, melaikan untuk melayani.
Dengan filosofi hidup “ Fower is For Servise”, pria berdarah Sumatera, menjelma menjadi figure polisi yang humanis, humble, dan menghormati nilai-nilai yang semakin langka ditengah dinamika sosial yang terus mengalami perubahan.
Anak Desa dengan Mimpi Besar
Kompol Sukarman lahir pada 16 Juni 1970 di desa Tanjung Telak, Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Dalam kesederhanaan hidup, ia tumbuh bersama nilai-nilai kedisiplinan dan kejujuran yang ditanamkan sejak kecil oleh Karman.
Ayah seorang buruh tani, sang ibu menjajakan makanan khas Palembang yanki nasi pindang, setiap hari sang ibu berkeliling kampung demi menyambung hidup dan menyekolahkan anak-anaknya. Masa kecil Sukarman di warani penuh dengan perjuangan.
Bahkan di era 70-an, layanan medis seperti dokter atau bidan masih sangat jarang digunakan, hanya bagi kalangan menengah keatas saja. Proses melahirkan pun masih bergantung pada dukun kampung, termasuk saat dirinya dilahirkan.
“Buyut saya itu sering bantu-bantu sebagai dukun beranak. Termasuk saya pun lahir dibantu oleh beliau dan prosesnya juga sulit. Karena itulah saya diberi nama Sukarman, yakni sebagai bentuk syukur atas kelahiran yang tidak mudah dan buah hati yang ditunggu-tunggu,” kenangnya saat ditemui di ruang kerjanya di Mapolres Jambi.
Selain itu, nama Sukarman terinspirasi dari nama seorang sahabat ayahnya, yang juga bernama Sukarman. beliau merupakan anak seorang Mandor kebun teh yang tinggal di daerah Pagar Alam. Pada masa itu, kedua orang tua sahabat ayahnya tersebut memiliki kebun, sepeda, rumah dinas serta fasilitas lainnya.
“Menurut Bak saya (Arsan), setiap kali mereka hendak pergi ke sekolah, beliau selalu di bonceng oleh sahabatnya itu untuk berangkat bersama. Tak hanya itu, kebaikan beliau terus berlanjut. Bahakan, jika ada sisa makanan pak Sukarman selalau ingat kepada Bak saya dan memberikannya. Karena itulah saya selalu mengingat dengan kebaikan beliau hingga saat ini,”ucapnya.
Bercita-cita Menjadi Tentara, DIterima Menjadi Polisi
Sejak remaja, Sukarman bercita-cita menjadi Akabri. Selepas SMA, ia mencoba peruntukan mendaftar ke berbagai intitusi TNI : Mulai dari Angkatan Darat, Udara, hingga Angkatan Laut. Namun, takdir membawanya ke jalan yang berbeda.
“Gagal dimiliter bukan akhir segalanya. Saya coba lagi mendaftar ke intitusi Polri dan Alhamdulillah diterima. Mungkin memang sudah jalan rezekinya di sini,” ujarnya dengan senyman.
Perjalan Karier, Hingga Berlabuh di Jambi
Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai anggota Polri di Betung, Karman memulai karier pertamanya di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, selama kurang lebih tiga bulan. Setelah itu, ia dimutasikan ke bagian Spri Kaporwil. Disana ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
“Saya melanjutkan pendidikan bukan semata-mata untuk diri sendiri, tatapi sebagai motivasi untuk anak-anak. Kalau bapaknya hanya tamat SMP, maka anaknya harus tamat SMA. Kalau anaknya bisa S1, maka cucunya harus minimal S2.
Alhamdulillah, setelah lulus kuliah, saya mendapat kesempatan untuk masuk Capa dengan syarat minimal berpangkat Briptu, dan saya lulus,” jelasnya.
Setelah itu, Karman ditempatkan di Aceh, tepatnya di wilayah Lhokseumawe, selama kurang lebih 4 tahun. Ketika ada kesempatan untuk pindah, ia memilih pindah kembali ke Provinsi Jambi.
“Saat itu ada dua pilihan, Sumatera selatan atau Jambi. Saya memilih untuk pindah ke Jambi, dan di tempatkan di Kabupaten Kerinci,” ucapnya.
Lika-liku perjalan hidup dan karier telah banyak ia lewati. Tidak sedikit tantangan yang datang, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Namun, semuanya ia hadapi dengan penuh semangat dan menjadikannya sebagai motivasi dalam menjalani hidup.
Nyatu Dengan Warga, Bukan Sekedar Seragam
Kini Sukarman menjabat sebagai KBO Ditlantas Polda Jambi, ia tetap menjaga kesederhanaannya. Ia bukan tipikal perwira yang kaku dibalik meja. Ia juga sangat suka berbaur dengan masyarakat.
“Kalau kita tidak kenal warga, bagaimana bisa tahu masalah merak? Meski kadang tak sempat hadir di acara warga, tidaknya saya titip konsumsi atau ikut membantu sebisa mungkin,” ucapnya, sambil tertawa hangat.
Hinga saat ini, ia masih menjabat sebagai Ketua Seksi Pembangunan Masjid di Kampung halamannya. Menurut dia, di tengah kesibukan kerja, keterlibatan sosial sangatlah penting.
Berempati di Tengah Konflik